Sanad Keilmuan Teknik

Fathur Hidayattullah
3 min readApr 19, 2023

--

Photo by Mikita Yo on Unsplash

Ramadhan yang sebentar lagi akan menutup waktunya berganti dengan Syawal berhasil membuat daya pikiran terpantik untuk bekerja. Algoritma youtube entah kenapa selalu mengeluarkan kajian-kajian islam baik dari seorang kyai, ustadz atau habaib. Saya mencoba untuk menonton dan menikmati satu sampai dua kajian yang — menurut saya — menarik untuk bisa dimaknai oleh pikiran. Ketika menikmati setiap kalimat yang keluar membuat saya tersadar bahwa indoktrinasi telah masuk ke dalam akal sehat. Lebih menariknya adalah mencoba untuk membunuh rasionalitas yang telah dibangun lama, walaupun secara kultural telah melekat.

Titik kegundahan ini muncul saat disampaikan pembahasan bahwa:

Ilmu yang baik dan bermanfaat bersumber dari guru yang memiliki sanad keilmuan yang baik dan bermanfaat pula — tentunya berasal dari Rasullullah SAW dalam konteks ilmu pendidikan islam.

Pemuasan logika yang coba dilahirkan disini adalah ilmu yang dipikirkan dengan seluruh konsesus yang terjadi pada masa itu atau bentuk penghayatan yang dilakukan oleh seorang individu, pastilah bentuk pengorbanan akan individu tersebut. Ilmu lahir pasti bersumber dari individu tertentu yang jikalau pangkalnya ditelusuri pastilah berasal dari Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa). Ilmu yang konkret dan hakiki pastilah bersumber dari individu yang benar-benar mengamalkan hidupnya untuk memikirkan bagaimana ilmu itu lahir dan bagaimana ilmu itu bisa diteruskan kepada individu-individu berikutnya.

Kesepakatan yang coba dibangun adalah ilmu yang baik dan bermanfaat berasal dari seorang guru yang memang memiliki bentuk ketakwaan terhadap Tuhannya dan memiliki keikhlasan dalam menghayati ilmu tersebut untuk bisa menghasilkan suatu bentuk produk yang terealisasi nyata. Sekilas hal tersebut membuat saya berpikir bahwa argumen yang diberikan disana memiliki kekuatan deduktif. Alhasil mudah bagi saya untuk bisa menangkap maksudnya.

Kepercayaan mengenai hal itu membuat saya berpikir bahwa mengetahui bagaimana ilmu yang bisa lahir dan bagaimana ia — ilmu — dapat diimplementasikan hingga terpatri di pemikiran kita adalah sebuah hakikat bagi setiap manusia untuk bisa memecahkannya. Ilmu tidak lahir tiba-tiba. Dia selalu berevolusi yang metode inkubasinya dilakukan oleh manusia. Ilmu juga menyesuaikan kepentingan manusia dan keinginan akan zaman yang sedang terjadi. Ilmu selalu berusaha untuk mengikat akal sehat manusia melalui tulisan dan media ilmu lainnya.

Pemecahan masalah yang diharuskan selesai merupakan bentuk bagaimana ilmu selalu berkembang dan terdewasakan secara mandiri. Manusia memang sebagai nahkoda yang menggerakkan ilmu tersebut dan ilmu juga sebagai kapal yang membawa manusia ke tempat tujuan paling mulia. Disini saya mencoba membuka ruang diskursus akan tujuan manusia memetakan ilmu adalah untuk bisa menciptakan peradaban yang baik dan bermanfaat bagi setiap makhluk yang tinggal di muka humi.

Masuklah ke pembahasan ilmu duniawi yang lahir karena kepentingan pembangunan manusia. Saya merasa bahwa konsep sanad keilmuan itu perlu dimiliki oleh setiap manusia yang ingin mendedikasikan dirinya untuk bisa selalu belajar dalam hidupnya. Jikalau berbicara ilmu keteknikan, kita terbiasa untuk memiliki alur berpikir yang rasional serta pemecahan yang struktural dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Keilmuan teknik memang mengedepankan bagaimana seorang manusianya — kelak bernama insinyur — bisa benar-benar bertanggung jawab dalam mengolah kemampuan rekayasa dengan mengedepankan akan tanggung jawab sosial-susila nya pula pada masyarakat.

Sederhananya, saya merasa bahwa setiap kaum pelajar harus bisa memetakan bagaimana ilmu keteknikan yang mereka miliki itu lahir. Kenapa ilmu itu harus hadir ditengah-tengah manusia. Bagaimana ilmu ini bisa menjadi hal baik dan bermanfaat bagi khalayak ramai.

Mulailah berpikir dan melihat bagaimana seorang guru yang mengajarkan kita mendapatkan ilmu tersebut. Usaha dan tekad seperti apa yang telah dia lakukan untuk menguasai ilmu tersebut. Bentuk integritas apa yang ia pegang dalam mencapai tujuan yang dia percayai sampai akhir. Maka pesan terakhir adalah jangan sampai salah memilih seorang guru karena bentuk masa depan yang kita miliki bergantung bakti kita kepada seorang guru.

Tulisan ini hanya membuat kita rehat dan berpikir sejenak atas ilmu-ilmu yang sedang kita jalani sekarang ini, terutama konteks yang sedang saya jalani yaitu keilmuan teknik:

Apakah ilmu yang saya sedang pelajari merupakan ilmu yang bermanfaat dan baik?

Apakah saya sudah berhasil menemukan korelasi ilmu tersebut dengan pembangunan dan perabadan manusia?

dan yang paling utama:

Bagaimana ilmu tersebut bisa lahir dalam dunia ini? dan Apakah tujuan luhur Tuhan menurunkan ilmu ini kepada manusia?

Mochamad Fathur Hidayattullah

Bandung, 19 April 2023

17.12 WIB

--

--