Rencana Aksi Tunggal

Fathur Hidayattullah
4 min readAug 11, 2023

--

Photo by Thom Milkovic on Unsplash

Dua minggu belakangan menjadi hal yang perlu saya perhatikan dengan baik setiap waktunya. Kesendirian menyelimuti ruang-ruang percakapan yang hadir disekitar dimana saya tinggal. Tidak tahu juga apakah diri ini sebenarnya memerlukan sebanyak itu — manusia — untuk mencapai hakikat hidup seutuhnya sesuai defini orang diluar sana. Jelas bahwa saya ikhlas untuk menikmati momen kesendirian itu karena membuat saya akhirnya bisa menentukan arah tujuan dan fokus untuk mewujudkan hal tersebut.

Tidak bisa dipungkiri kemonotonan selalu menghantui. 24 jam hanya berkutat pada aksi yang reaksinya untuk diri sendiri adalah sebuah kebingungan bagi saya. Seakan-akan mempertanyakan kenapa kesendirian yang dahulunya saya nikmati berubah menjadi siksaan batin mendalam.

Bukan bermaksud untuk hiperbola akan keadaan yang terjadi, tetapi perasaan ini berusaha untuk melawan hal tidak masuk di-akal yang sedang terjadi. Saya pun tidak berusaha melerai, hanya menonton konflik ambisi entah mau dibawa kemana arahnya. Bukan tidak berani, tetapi takut ada momen yang bisa saya pelajari disetiap waktu dimana saya melihat hal itu.

Kesendirian saat itu berusaha untuk menjadi manifestasi akan segala cita yang mungkin tidak sempat dipikirkan dahulu kala.

Perumusan langkah dengan memanfaatkan kesendirian itu tidaklah mudah karena terkadang kita bias untuk menilai diri kita sendiri. Saya merasakan bahwa saat kita berusaha untuk mengetahui apa yang menjadi keunggulan dan kekurangan kita, maka kita berusaha mencari validasi dari orang lain guna menguatkan apa yang kita yakini.

Heran bukan main karena tolak ukur apa yang perlu kita ambil untuk mengetahui bagaimana kebermanfaatan setiap seorang individu?

Bagaimana dia bisa ter-yakinkan dengan betul bahwa hal ini dan hal itu yang menjadi dasar-dasar dia sebagai seoarang manusia?

Kesadaran berhasil menepuk bahu kanan saya, sambil berbisik bahwa:

“Tidak ada kekuatan yang disebut kekuatan sebenarnya, jikalau itu perlu memerlukan pengakuan orang lain”

Kekuatan sebenarnya bukan berarti kita mampu memerintahkan orang lain untuk berbuat seenaknya. Bukan juga hal-hal yang sifatnya politis untuk mencapai kekuasaan dan materi. Namun, lebih kearah bagaimana kita mampu untuk menguasai diri kita sendiri akan ekspetasi yang kita harapkan sedari awal.

Perjalanan kesendirian berhasil membuat saya berusaha membuat rencana aksi tunggal.

Rencana yang berisikan agenda-agenda dengan tujuannya masing-masing untuk mengalahkan ketidakadilan dunia saat ini. Harus kita sadari bahwa setiap orang punya privilege untuk mereka mampu mengukir prestasi atau melanjutkan karier tertinggi. Setiap orang punya relasi untuk mereka mampu menggapai asa yang diimpikan semua orang. Setiap orang punya karya untuk mereka mampu menunjukkan taring mereka kepada dunia.

Saya sadar betul bahwa semua itu terjadi pada setiap dari kita saat ini.

Saya sendiri tidak menyalahkan keadaan apapun yang diberikan oleh-Nya karena kepercayaan bahwa Dia pasti punya alasan untuk memberikan keadaan dan perlengkapan senjata hanya segini untuk menghadapi dunia.

Kesadaran hal tersebut membuat keinginan dalam diri semakin terpacu untuk memikirkan langkah-langkah kedepan harus seperti apa dan fokus untuk menggerakkan kaki demi kaki supaya menuju ke arah yang benar.

Tidak masalah terlambat, asalkan memang punya tekad untuk berlari dan menjadi juara satu di kemudian hari. Rencana yang dibangun ini adalah sebuah aksi tunggal — perorangan — tanpa bantuan dan masukkan orang lain. Bukan bermaksud sombong jikalau mampu hidup sendiri, tetapi membiasakan diri untuk bisa hadir dalam setiap rencana terburuk yang mungkin terjadi di masa depan.

Seburuk apapun keadaan masa depan maka yang dapat mengubahnya hanya kita sendiri.

Pertolongan dan keajaiban hanya bisa hadir dari keefektifan rencana yang dikawinkan dengan kesempatan yang sempurna. Anak keberuntungan akan lahir secara alami dan membahagiakan semua pihak. Aksi pertama hanya bisa dihadirkan oleh diri kita sendiri, maka konsekuensi ini yang membuat saya berpikir bahwa setidaknya saya harus bisa menyelamatkan diri saya sendiri tanpa harus bergantung dengan siapapun dan apapun.

Sebaik-baiknya dan semampu-mampunya.

Rencana aksi tunggal, mulai disusun dengan pertanyaan paling mendasar akan kebahagiaan dan ketenangan bagi seorang individu.

Disini saya tidak akan memberitahu rencana seperti apa yang dimaksud. Saya yakin kita semua orang punya semua hal itu, tetapi hanya belum mampu menghadirkannya secara struktural untuk kalian masing-masing utarakan. Jadi, kondisi ini harus dirangkai secara perlahan supaya hasilnya akan memuaskan kedepan.

Kesendirian yang terjadi selama berhari-hari membawa diri menuju pada kesadaran akan ketidakadilan dunia. Alih-alih merasa dikhinati atau perlu dikasihani, tetapi malah justru menambah bensin untuk selalu bergerak menciptakan peradaban sendiri.

Rencana aksi tunggal adalah langkah-langkah yang dibuat untuk menjadi pemberontak akan setiap takdir yang terjadi. Bukan menentang, tetapi berusaha untuk merubah ke arah yang kita amini. Tidak ada yang tahu takdir satu sama lain, bukan?

Perencanaan yang matang dan eksekusi yang tepat akan membuahkan keberuntungan untuk mencapai cita-cita yang diharapkan. Semua hal tersebut tidak lahir tiba-tiba, tetapi butuh aksi yang dimotori secara tunggal oleh kita sendiri. Bukan melalui kekasih, sahabat atau orang terpilih.

Berbahagialah akan selalu hal yang terjadi pada diri karena senantiasa diberikan kesempatan untuk menentukan sendiri jalan yang dikehendaki.

Semoga kemegahan ini tiada berakhir hingga kesuksesan berhasil diraih.

Aamiin Aamiin Allahuma Aamiin.

Mochamad Fathur Hidayattullah

Bandung, 11 Agustus 2023

17.30 WIB

--

--

No responses yet