Persimpangan Jalan #1

Fathur Hidayattullah
2 min readJun 15, 2023

--

Photo by Diego Jimenez on Unsplash

Bulan Juni adalah sebuah bulan yang begitu membekas dalam hidup saya. Setiap satu hari tertentu dalam bulan itu, diperingari hari kelahiran saya. Tepat tahun ini menginjakkan di usia 22 tahun. Angka yang sudah cukup matang untuk bisa memikirkan keadaan masa depan yang harus mereka pilih dan hadapi. Namun realita yang dihadapi tidak semudah itu.

Hidup selama 22 tahun membuat saya sadar secara filosofis bahwa kehidupan selalu berhasil menciptakan tantangannya sendiri untuk bisa kita takuti dan waspadai. Tantangan yang tercipta itu tidaklah lahir secara sendirinya. Ia lahir dari keputusan-keputusan yang telah kita ambil pada waktu dahulu — tanpa melihat apakah keputusan tersebut atau tidak terhadap dampaknya di masa depan. Kesadaran untuk bisa melihat bagaimana lingkungan sekitar bisa tumbuh sesuai jalannya masing-masing membuat mata akhirnya terpantik dan otak akhirnya berpikir bahwa:

Kemana kita harus melangkah untuk pergi dan menghadapi ini?

Tidak bisa dipungkiri bahwa ketakutan akan menghadapi masa depan yang saya tidak tahu kedepan akan seperti apa itu nyata adanya. Saya juga hanya seorang manusia yang memiliki rasa kekhawatiran akan takdir. Banyak faktor yang mempengaruhi akan pemikiran ini. Mulai dari status sosial, kemampuan yang dimiliki, hingga reputasi yang telah ditapaki. Entah kenapa pemikiran dan kepercayaan yang dimiliki belum mampu untuk bisa mengalahkan hal itu semua.

Saya sadar sekali bahwa jalannya hidup yang saya tempuh sedang menikmati fase persimpangan jalan. Fase dimana setiap jalan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam rutenya. Kejelian dalam melihat medan perang dan sosok guru untuk bisa berdiskusi sedang saya kejar untuk dapatkan. Semoga hal-hal yang mengganggu di persimpangan jalan dapat dilawan dengan modal yang telah dibangun dari awal.

Pada akhirnya saya percaya bahwa takdir yang dimiliki diri ini hanya bergantung dari bagaimana kita membentuk kepribadian diri sendiri, bagaimana kita menentukan tujuan yang ingin kita raih dan bagaimana kita mampu untuk bisa tidak terlena akan pencapaian setiap orang yang berada di sekitar kita.

Tulisan ini harapannya akan selalu menjadi pengingat bagi saya bahwa segala sesuatu pasti membutuhkan proses dan proses yang dilalui untuk berhasil bergantung pada bagaimana kita berusaha untuk mencapai cita-cita itu. Seberapa keras usaha yang dikeluarkan, seberapa mau kita untuk berkorban atas hal-hal yang kita miliki dan seberapa yakin akan keberhasilan untuk mencapai tujuan itu.

Ketidakmampuan seseorang untuk mencapai keberhasilannya bukan karena dia dikalahkan oleh takdir, tetapi karena rasa iri dan menyerah yang sudah berhasil merasuki harga dirinya sehingga hanya timbul perasaan pasrah dan kalah.

Semoga Tuhan merencanakan takdir yang kita miliki sebaik-sebaiknya rencana yang Ia miliki untuk kemaslahatan kita.

Tulisan ini menjadi bagian awal dari jurnal kehidupan saya. Saya mencoba untuk konsisten dalam menulis guna merawat akal sehat dan refleksi akan setiap hari yang terjadi di dalam hidup ini. Semoga selalu tumbuh hikmah dalam setiap tulisan yang ditulis dengan jujur, tulus dan ikhlas.

Mochamad Fathur Hidayattullah

Bandung, 15 Juni 2023

15.53 WIB

--

--

No responses yet