Perahu Kayu.
Akan tiba dimana air akan semakin takut kepada yang terapung.
Hanyut dalam keheningan dan mengalir dalam kepasrahan.
Hasrat ingin mengarungi ribuan kilometer bermodalkan jumawa.
Jatuh tak bisa berenang melihat burung-burung berterbangan.
Perahu melesat tak peduli siapapun yang telah tertinggal.
Dia lupa berhadapan dengan siapa.
Dia lupa bersinggungan untuk apa.
Kau tenggelam akan kemahsyuran sebagai mahadewa.
Seakan nasuha hanya diperuntukkan bagi orang-orang maksum.
Kami hanya kotoran yang lahir dalam butir-butir dosa orangtua.
Semakin rendah dan lapuk kayu yang aku gunakan.
Betapa angkuh dan manusiawi engkau.
Kita sama dasar di lautan.
Aku harus menunjukkan rekayasa kesempurnaan, padahal aku benar-benar tulus mengabdi kepadamu.
Mochamad Fathur Hidayattullah
Palembang, 12 Desember 2020
Pukul 15.17