Muda Menggugat

Fathur Hidayattullah
4 min readOct 2, 2023

--

Photo by Aditya Joshi on Unsplash

Parlemen.

Secara etimologi, kata “Parlemen” berasal dari bahasa Prancis, yaitu parlement, yang pada gilirannya berasal dari kata Latin, yaitu parlare yang berarti “berbicara” atau “berdiskusi”.

Berbicara dan berdiskusi adalah nafsu kognitif sekaligus ego humanistik yang selalu dikuasai oleh manusia. Barang siapa yang mampu dan kuat untuk mempengaruhi individu lain maka dia dapat menciptakan konsep kekuasaan. Kekuasaan tersebut akan terdistribusi untuk menciptakan tata kelola masyarakat yang seharusnya berorietansi pada kemakmuran dan keadilan.

Suara dengan resonansi kemaslahatan seharusnya sudah menjadi barang yang sudah diletakkan di atas meja. Menggema supaya mampu didengar oleh seluruh elemen masyarakat dalam suatu negara. Proses penguatan ‘suara’ tersebut membutuhkan suatu alat yang — kiranya — bersifat nyaring dan kontinu akan arah gerak kemanusiaan dan keadilan.

Seringkali yang membangunkan dan menggemakan suara tersebut adalah kaum muda.

Kaum muda di negeri ini memang belum mendapatkan penghormatan yang megah, belum mendapatkan kepercayaan akan kapabilitas yang dimiliki dan belum mendapatkan kesempatan untuk memimpin.

Tak payah untuk saya beri disini mengenai potensi bonus demografi Indonesia saat tahun 2045. Kalian bisa membacanya sendiri melalui internet disana. Potensi besar tersebut seharusnya mampu menciptakan gelombang perubahan yang masif, khususnya dalam hal:

  1. Penegakan hukum dan tata kelola pemerintahan dengan integritas.
  2. Pendidikan dan kemiskinan dengan berlandaskan keadilan sosial.
  3. Kedaulatan pangan dan ketahanan energi demi kemakuran bangsa.

Seminimal-minimalnya kaum muda dapat mewujudkan ketiga hal tersebut dan menyelesaikan seluruh permasalahan yang terkandung didalamnya. Keyakinan kuat ini harusnya menjadi modal utama dalam mentalitas manusia Indonesia. Harus sudah terpatri dengan sempurna dan terbangun dengan kokoh supaya dapat merestui setiap tindakan yang dilakukan kedepan.

Hal yang harus dipahami adalah untuk mewujudkan manifestasi tersebut dengan segala penyelesaian terhadap permasalahannya membutuhkan modal yang besar. Modal ini bukan hanya sebatas materi belaka, tetapi kebutuhan akan semangat belajar yang tinggi dengan tantangan dunia yang semakin bergerak menuju inovasi yang tidak bisa kita tebak setiap detik kedepannya.

Saya merasa bahwa kaum muda harus bersifat generalis, artinya mereka sebagai sosok yang mampu cepat beradaptasi terhadap sesuatu hal yang baru sehingga dapat menggunakan seluruh informasi dari spektrum yang berbeda-beda untuk mengambil setiap keputusan yang ada — kebijakan.

Anggapan ini merupakan pengalaman pribadi saya sendiri, bahwasannya seorang generalis secara tidak langsung dia akan didorong untuk memiliki pemahaman yang analitik dan holistik dalam menghadapi permasalahan yang kompleks. Dengan karakternya sebagai generalis, maka hal tersebut mampu memaksa pemikirannya untuk memproses segala informasi yang didapatkan berdasarkan pengalaman atau ilmu teoritis yang memang dipelajari melalui bangku formal.

Karakter generalis ini memang secara tidak langsung melahirkan bibit kemampuan complex problem solving. Namun, karakter ini juga harus mampu didorong dengan mentalitas akan jiwa patriotik dan integritas yang besar. Hal ini karena melalui integritas maka seluruh tindakan kita didasarkan atas akal sehar dan nilai moral yang mengedepankan kepentingan bersama.

Integritas adalah pilar utama dalam menjadi seorang manusia khususnya untuk kaum muda. Integritas adalah perpaduan akan nilai kejujuran, tanggung jawab, dan kesetiaan. Ketiga nilai ini saling mengisi satu sama lain sehingga melahirkan sebuah karakter yang diberi nama integritas.

Integritas adalah perilaku yang mengedepankan prinsip yang teguh dan bertanggung jawab akan setiap konsekuensi yang dipilih dengan keyakinan tertentu. Saya merasa bahwa kaum muda seharusnya dibakar dengan semangat integritas dalam membangun bangsa ini. Walaupun saya menulis bagian ini setelah konsep karakter generalis, saya merasa integritas merupakan sebuah nilai dasar yang harus terefleksi bagi manusia Indonesia, jikalau menginginkan kesempurnaan dalam bernegara.

Berangkat melalui modal karakter generalis dan integritas yang didukung dengan kemampuan intelektual yang baik. Seharusnya mampu dan yakin dalam menciptakan kekuatan besar untuk memahami politik praktis sebuah negara, khususnya Indonesia.

Politik Indonesia dari dulu selalu memainkan sosok atau figur seseorang. Siapa yang mampu memiliki elektabilitas yang tinggi di mata survei, siapa yang mampu menjual janji-janji manis kepada rakyat, dan siapa yang mampu menguasai ‘panggung bagi-bagi jabatan politik’, maka:

Dia adalah pemenangnya.

Pendidikan politik di negeri ini khususnya bagi anak muda masih belum menjadi sebuah domain utama dalam menentukan preferensi hak politik. Pembicaraan gagasan memang sudah mulai dilakukan dan dijual ke media. Tetapi, diskusi gagasan mengenai hal tersebut sering kali luntur karena antusiasme dan fanatisme terhadap suatu kekuatan politik praktis yang terkadang mereka sendiri tidak tahu memilih karena tujuan apa.

Kesamaan ideologi dalam berpolitik kadang-kadang sudah bukan menjadi konsensus utama dalam mewujudkan masa depan. Partai politik dikuasai oleh mereka yang berkuasa sejak orde baru, jikalaupun tidak ‘mereka’ adalah produk murni dari orde baru. Padahal hanya melalui partai politik kita bisa mengambil kekuasaan untuk kepentingan yang lebih baik.

Saya merasa kaum muda tidak boleh diam terkait hal ini. Mereka perlu menggugat politik praktis di Indonesia dengan narasi dan diskusi yang dibangun berdasarkan analisis data aktual dan kajian komprehensif.

Potensi kaum muda untuk melakukan hal itu sangatlah besar. Cuman visi taktis yang kita miliki belum tergambar dengan jelas. Belum ada yang bisa menjelaskan dengan sederhana:

Kenapa kita perlu mendapatkan edukasi mengenai pendidikan politik?

Apa sebenarnya tujuan dari kita bernegara dan berpolitik?

Pertanyaan tersebut belum mampu terjawab dengan baik sehingga langkah-langkah konkret untuk mewujudkan visi-pun tidak berhasil dilaksanakan.

Sikap individualis yang menganggap bahwa ini merupakan ranah dan kapabilitas bagi mereka para ‘orang tua’ adalah sebuah kesalahan besar. Kaum muda harus proaktif dan terjun langsung dalam proses lahirnya gagasan yang mewujudkan kemajuan bangsa ini.

Saya benar-benar merasa bahwa kaum muda harus menggugat kondisi politik praktis Indonesia. Kita harus bersatu untuk menciptakan gerakan pendidikan politik bagi pemilih pertama dan rentang usia muda lainnya. Tujuannya hanya satu yaitu menciptakan kondisi politik Indonesia yang benar-benar berbasis integritas dan solusi realistis dalam setiap keinginan untuk menyelesaikan masalahnya.

Harapan ini selalu diterbangkan dan diarahkan untuk menuju langit supaya dapat turun menjadi air-air hujan yang membawa perubahan dan keberlanjutan bagi masa depan Indonesia yang gemilang.

Mochamad Fathur Hidayattullah

Bandung, 02 Oktober 2023

21.00 WIB

--

--