Muda Berpolitik.
Socrates dan Soekarno. Dua manusia yang memiliki pemikiran terbaik untuk belajar mengenai politik. Socrates — filsuf Yunani — menghasilkan sebuah mahakarya berjudul Politics. Politik lahir dari setiap kejanggalan dalam bersosialisasi antarmanusia, menyusun tujuan kehidupan yang aman dan tenteram serta meraih impian yang didambakan. Socrates berkata bahwa pada dasarnya manusia adalah ‘binatang politik’.
Manusia — binatang politik — mampu menyingkirkan kepentingan pribadi demi kepentingan yang lebih utama dan besar, yaitu negara dan hukum.
Perbedaan lain yang membedakan manusia — binatang politik — dengan binatang-binatang lainnya — selain kemampua berbicara — adalah kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan salah, apa yang adil dan tidak adil, bagaimana yang baik, jujur, dan tidak jujur.
Singkatnya manusia sebagai binatang politik mempunyai hati nurani dan memegang nilai kemanusiaan. Kita bermain politik untuk menjaga kestabilan antarkepentingan bukan untuk menciptakan himpunan kekuasaan layaknya sebuah kerajaan.
Pemikiran-pemikiran besar akan perubahan akan lahir secara alami dari setiap penderitaan yang dialami oleh orang yang melahirkan. Begitulah sebuah politik hadir di dunia. Soekarno berhasil memperagakan sebuah aksi politik demokratis dan revolusi untuk bangsa ini. Lingkungan dan kepedulian sekitar membentuk karakter yang pro-rakyat dan menentang segala bentuk penjajahan.
Socrates dan Soekarno berhasil membuat saya menemukan kesimpulan akan esensi politik. Politik itu jalan membentuk tatanan kehidupan yang harmonis dan manusiawi dengan setiap perbedaan kepentingan yang muncul. Politik itu kepentingan bersama untuk merasakan keadaan yang adil dan sejahtera. Politik adalah alat untuk menciptakan kehidupan manusia menjadi lebih baik dan teratur sebagai makhluk sosial.
Kita berpolitik bukan untuk meraih materi, mengejar ambisi, ataupun mengukuhkan dinasti. Kita berpolitik untuk meraih kekuasaan sehingga bisa merealisasikan ide dan kepentingan yang dibutuhkan orang banyak.
Sejujurnya, saya melihat bahwa sebagai anak muda atau dikenal dengan sebutan ‘millenial’ bahwa politik seolah hanya angin lewat yang dirasakan sekejap saja. Belum timbul daya kritis untuk mengkoreksi serta untuk sadar dan peduli bahkan terkadang tidak dimiliki sedikitpun. Padahal sebenarnya melalui politik segala hal yang berhubungan dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dapat diperbaiki. Banyak alasan yang mengakibatkan anak-anak muda tidak ingin berkecimpung ke dunia politik.
Mulai dari ketidakpercayaan akan pemerintahaan yang adil dan jujur akibat berita media mengenai praktik korupsi merajalela, paradigma bahwa anak muda belum cukup pengalaman ke dunia politik, dan perasaan yang berorientasi untuk diri sendiri masih cukup tinggi yang dipegang sebagai prinsip.
Anak muda berpolitik adalah pendobrak konstelasi demokrasi politik pada suatu negara. Para senior tidak boleh menghardik anak muda seolah-olah politik hanya diperuntukkan untuk kaum golongan tua yang memiliki sejuta pengalaman dan pencapaian dalam pemerintahan. Penilaian berupa tidak memiliki kapabilitas secara pengalaman, umur, dan pemahaman akan birokrasi sudah tidak relevan di era sekarang. Semua orang berhak mengajukan ide dan gagasan yang ditawarkan untuk meraih kekuasaan.
Terbaik dan terbanyak atas nama rakyat, itulah yang diusung ke atas menjadi sebuah pemimpin dalam berpolitik. Siapapun berhak, termasuk anak muda.
Anak muda harus peka dan yakin secara sosial dan humanis. Sehingga dalam berpolitik diperlukan keberanian dan ketulusan untuk meraih esensi berpolitik. Orang kaya memang bisa membantu orang yang membutuhkan dengan hartanya tetapi supaya bisa membantu orang secara masif dan terstruktur dibutuhkan yang namanya kekuasaan. Kekuasaan hanya bisa diraih melalui jalan politik. Politik adalah kekuasaan dan kalian adalah calon penggerak kekuasaan itu.
Saya hanya ingin bagi setiap orang yang membaca ini — terutama anak muda — untuk bersuara dan melahirkan kepedulian akan berpolitik di negeri ini. Segala hal yang berhubungan dengan kebijakan nasional, sosial-masyarakat, dan kepentingan rakyat harus selalu diawasi dan dikritisi oleh publik. Anak muda harus menjadi agen perubahan dalam setiap perjalanan pergerakan bangsa ini.
Pemikiran kritis anak muda dapat dikonversikan menjadi mesin yang tepat untuk membangun kehidupan politik yang dinamis dan adaptif. Pemberian ruang dan posisi strategis juga perlu diinisiasi terutama oleh partai politik supaya menjadi motor penggerak yang kreatif untuk konstelasi politik nasional.
Menjadi muda adalah karunia dan bukan sebuah kehinaan semasa hidup. Idealisme terbangun atas dasar kemanusiaan dan kepedulian masih selalu terpegang erat dalam diri dan hati. Berpolitikpun harus demikian. Anak muda tidak hanya menjadi pemberi antusiasme semata dalam setiap kesempatan yang ada tetapi juga harus penggerak dan pelopor untuk setiap perubahan bangsa.
Politik di negeri ini sudah terlampau carut marut. Melihat setiap kasus skandal politik berlandaskan korupsi, transaksi, dan legalisasi melalui produk hukum membuat seakan berpolitik hanya untuk orang yang berani kotor.
Jikalau tidak ada langkah inisiatif strategis dan matang yang dikeluarkan untuk memperbaiki, maka akan seperti ini terus hingga anak dan cucu kita nanti.
Saya berharap setiap orang yang merasa dirinya sebagai anak muda untuk turut berpartisipasi dan pro aktif akan segala tindakan yang terjadi di negeri.
Hakikatnya manusia berpolitik untuk membangun kehidupan yang didambakan ideal oleh setiap orang dan bukan untuk memperkaya diri.
Aku yakin anak muda bisa untuk mewujudkan itu.
Sekian.
Mochamad Fathur Hidayattullah
Palembang, 06 September 2020
20.08 WIB