Memoar Oktober

Fathur Hidayattullah
4 min readNov 3, 2021

--

Taman Ganesha dan Jaket Merah

Oktober kali ini mempunyai jalan cerita yang menurut saya patut untuk dibanggakan. Bangga akan setiap momen yang muncul dan bangga akan setiap kesempatan yang datang. Laksana lautan yang berawal tenang tenteram, saya dipaksa untuk menjadi nahkoda dan menaklukan segala hala rintangan yang ingin menenggelamkan kami. Dipaksa untuk bertahan dan Memperkuat untuk bertahan.

Ide tulisan ini sebenarnya sudah lama ingin diterjemahkan pada layar gawai tetapi saya ingin menunggu waktu yang tepat dan khidmat. Apadaya ternyata tidak ada waktu yang tepat dan khidmat, itu hanya cita yang sebenarnya lahir akibat pandangan subjektif pribadi. Kapanpun kau mau menulis maka tulislah dengan segala pemikiran dan hatimu yang ikhlas dan tulus.

Amanah

Amanah adalah tanggung jawab yang dibebankan secara moral untuk mereka yang berani memikul beban tersebut. Semua punya persepsi sendiri untuk dapat mendefinisikan amanah. Kadangkala ada yang ingin dipandang dengan jabatan struktural, ada yang merasa sebagai sarana aktualisasi dan ada juga yang tergugah hati karena melihat teman sudah sering berdikari.

Lambat laun, pemaknaan akan amanah terkubur oleh maksud dan tujuan orang yang meredefinisi dari amanah itu sendiri. Begitupun aku mencoba meredefinisikan dari amanah itu. Merekam ulang dan memantik standar kualitas diri yang sedari awal menunggu momen untuk naik ke puncak tanpa pernah sempat terpikir harus mendaki dari bawah.

Saya pun mencoba membuat ulang arti amanah.

Amanah sebagai proses pembelajaran akan tanggung jawab untuk diri sendiri atas apa yang telah dikomitmenkan terhadap pribadi. Tujuannya hanya untuk menjadi amanah sebagai media berkembang menjadi manusia yang lebih baik kedepannya sesuai dengan target dan parameter yang diyakini.

Terlihat bahwa amanah seringkali dikaburkan oleh tugas dan pokok fungsi dari kriteria amanah yang diambil. Padahal sebenarnya jikalau ingin melahirkan keidealan dari amanah itu sendiri harus rela berkorban dan kuat akan tantangan untuk memegang secara penuh dari amanah itu.

Amanah akan selalu terombang-ambing oleh mereka yang mencoba menjatuhkan kita. Oleh mereka yang berusaha menghambat untuk kita berkembang. Lawannya hanya keyakinan bahwa segala keburukan, kesalahan dan kegagalan yang terjadi adalah bentuk proses penyempurnaan amanah dari yang kalian ambil.

Begitupun kita dalam bertindak dan mengambil keputusan, dimana amanah akan selalu menjadi pendorong untuk selalu mengekalkan atas apa-apa yang seharusnya menjadi manfaat yang akan kalian capai jikalau sudah menyelesaikannya.

Keputusan Bertanggung Jawab

Setiap manusia diberkati dengan akal sehat dan pikiran cemerlang untuk dapat mengambil suatu keputusan dengan segala pertimbangan yang ada. Hakikat hidup manusia dalam menjalani evolusi sosial dan budaya akan selalu dihadapi yang namanya pengambilan keputusan. Hal ini sebenarnya terjadi secara alamiah tetapi terkadang kita sering terpaku oleh batasan berupa pernyataan ‘benar’ dan ‘salah’ oleh individu.

Keputusan tercipta sebagai ego manusia akan kerasionalitasan mereka untuk dapat memprediksi masa depan mengenai apa yang akan terjadi. Cita akan selalu akan mengarah pada situasi positif. Tetapi terkadang sering terbiaskan oleh kedangkalan berpikir, kecepatan waktu dan kelengahan bertindak.

Keputusan juga sering dikotak-kotakan oleh perspektif manusia baik mayoritas dan minoritas. Kategori hasil keputusan sering kali didasari atas pemuasan tiap-tiap manusia yang berdampak pada keputusan tersebut. Disini saya belajar dan memahami bahwa sebenarnya sebaik apapun keputusan yang kamu ambil maka akan selalu ada celah serta tempat untuk terjatuh dan salah. Hal ini karena keputusan yang dibuat manusia tidak akan pernah bisa memuaskan keinginan manusia yang lain jikalau tidak diberi batasan.

Jadi, sebenarnya untuk apa kita mengambil keputusan?

Dan, bagaimana supaya dapat tetap mengambil keputusan?

Keputusan diambil untuk tetap dapat mempertahankan kepentingan tertentu supaya tetap dapat lestari dan utuh. Keputusan harus tetap diambil supaya siklus hidup tetap dapat berjalan. Apapun keputusan yang diambil yang terpenting adalah bentuk pertanggungjawaban dari keputusan tersebut.

Segala pertimbangan yang diambil haruslah berdasar dan sesuai prosedur guna meminimalisir kecacatan dalam mengambil keputusan. Analisis baik-buruknya dan ketahui apa yang sebenarnya kemungkinan dapat terjadi.

Keputusan yang bertanggung jawab artinya keputusan yang segala apapun kondisi baik itu benar atau salah (tidaklah menjadi suatu acuan), melainkan membutuhkan pertimbangan dan dasar guna memuaskan keinginan tiap-tiap manusia yang terkena dampaknya.

Evaluasi dan Menerima Evaluasi

Kata-kata ini sangat sering saya dengar pada Bulan Oktober. Awalnya merasa kesal, suram dan bodoh. Seolah memang dilahirkan tidak memiliki bakat apapun untuk menunjang hidup yang begitu kerasnya. Evaluasi memang seringkali menjadi momok yang menakutkan bagi mereka yang selalu merasa dipuncak akan kekuatan dan kebenaran.

Evaluasi memanglah harus dipandang dengan cara objektif dan positif (bagaimanapun, siapapun dan kapanpun). Hanya melalui itu kita — manusia — dapat berpikir jernih dan melangkah kedepan dengan keputusan yang lebih baik. Evaluasi lahir memang untuk memberitahu bahwa perbuatan yang kita lakukan akan pasti ada kesalahan, sekecil apapun. Terkadang manusia terlalu sombong dan merasa besar untuk dapat melihat evaluasi dan menerima evaluasi.

Evaluasi akan selalu disampaikan dengan cara-cara unik nan berbeda. Bersahabat atau mengajak perang. Nada sopan atau memaki-maki dengan kekesalan. Semuanya bergantung dari tiap individu masing-masing. Satu-satunya yang bisa diatur adalah bagaimana kita melihat objektif dari evaluasi tersebut dan menerima sebagai bentuk balas budi akan kepedulian dan keinginan perkembangan pada subjek yang dievaluasi.

Memang susah kawan, tetapi itulah yang saya pelajari pada Bulan Oktober. Saya percaya evaluasi hadir untuk menciptakan perubahan dan perkembangan apabila mereka dapat membaca sandi yang sebenarnya diberitakan kepada kita. Buang jauh-jauh rasa keagungan dan kemutlakan. Masih terlalu banyak salah dan berbenah untuk kedepannya menjadi lebih baik dan masih akan terus seperti itu.

Amanah adalah kepala yang memusatkan keyakinan akan setiap perjalanan yang diambil dan ditempuh mau seberapa jauh jaraknya dan tujuannya.

Keputusan bertanggung jawab adalah kaki-tangan yang akan selalu menggerakan roda kehidupan guna menguatkan pribadi untuk maju.

Evaluasi adalah badan yang akan selalu menahan segala terpaan dan menopang segala beban dengan kepercayaan yaitu akan mampu menjadi lebih kuat.

Mochamad Fathur Hidayattullah

Bandung, 03 November 2021

19.12 WIB

--

--

No responses yet