Manifestasi Pemimpin Politik!

Fathur Hidayattullah
5 min readJan 31, 2024

--

Photo by Birmingham Museums Trust on Unsplash

Indonesia saat ini sedang menghadapi gelombang politik yang cukup masif dan kuat. Elemen-elemen dalam tatanan bangsa sedang bergejolak untuk menciptakan konsensus yang dipercayai masing-masing dengan dalih untuk kepentingan rakyat. Polarisasi tidak bisa terbendung dan kekuasaan sudah bisa ditebak langkah-langkahnya.

Berangkat darisana terbesit untuk memahami bagaimana sebaiknya kita percaya dan paham akan konteks politik untuk manusia dan warga negara. Ruang untuk bisa belajar mengenai suasana politik yang terjadi harus terbuka lebar dengan diiringi hidupnya pendidikan politik yang sehat dan mencerdaskan semua kalangan.

Akhir-akhir ini saya mencoba memaknai sesuatu dengan berpikir sebelum kemudian melanjutkan tindakan fisik atau lisan. Membiasakan diri untuk berpikir terhadap sesuatu, khususnya terkait politik membuat pemikiran terarah kepada suatu buku yang berjudul “Politics” karya Aristoteles.

Aristoteles memperkenalkan konsep “binatang politik” (Zoon Politikon). Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, di mana “zoon” berarti “makhluk hidup” dan “politikon” berarti “dari atau berkaitan dengan kota (polis)” atau lebih luas lagi, “politik”.

Menurut Aristoteles, manusia secara alami adalah makhluk sosial yang cenderung hidup dalam komunitas atau polis. Dia berpendapat bahwa manusia tidak hanya hidup bersama untuk memenuhi kebutuhan dasar tetapi juga untuk mencapai kehidupan yang ‘baik’ atau ‘virtuous’.

Saya menangkap beberapa hal yang menurut saya dapat membuat tulisan ini menjadi lebih baik berdasarkan Aristoteles katakan dalam buku tersebut, yaitu:

  1. Manusia sebagai Makhluk Sosial: Manusia sebagai makhluk yang secara inheren membutuhkan interaksi sosial. Kehidupan dalam masyarakat adalah kondisi alami manusia dan orang yang hidup di luar masyarakat, baik karena tidak membutuhkannya maupun karena tidak mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosial, dianggap sub-manusia atau lebih dari manusia.
  2. Tujuan Hidup dalam Masyarakat: Hidup dalam masyarakat memungkinkan manusia untuk mencapai eudaimonia, atau ‘kebahagiaan’ atau ‘keberhasilan manusia’. Kehidupan sosial dan politik memungkinkan manusia untuk mengembangkan kebajikan dan mencapai potensi penuhnya.
  3. Politik sebagai Kegiatan Alami: Politik dilihat sebagai aktivitas yang alami dan esensial bagi manusia. Keterlibatan dalam urusan publik dan kehidupan politik kota dianggap sebagai bagian penting dari menjadi manusia seutuhnya.
  4. Pentingnya Hukum dan Tata Kelola: Pentingnya hukum dan pemerintahan yang baik dalam memfasilitasi kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan memungkinkan individu untuk mencapai kebahagiaan.
  5. Kritik terhadap Kehidupan Individualistik: Manusia tidak dapat mencapai kebahagiaan atau keutuhan moral tanpa menjadi bagian dari komunitas.

Berdasarkan poin yang saya analisa dalam buku tersebut, saya menyimpulkan bahwa:

Masyarakat politik bukan hanya sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan material, tetapi sebagai ranah di mana manusia dapat mencapai keunggulan moral dan intelektual.

Kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia selalu berevolusi mengikuti arah perkembangan kepentingan rakyat dan kekuasaan yang berkuasa saat ini, baik itu dalam lingkup internal — Indonesia — maupun eksternal — kelas dunia. Kehadiran politik suka tidak suka membuat distribusi kesejahteraan dan keadilan menjadi lebih nyata melalui aspirasi yang direalisasikan menjadi sebuah kebijakan dan hukum.

Saya merasa bahwa sebelum Indonesia mampu menciptakan politik yang ‘menyehatkan’ bangsa ini maka perlu akan pendidikan politik yang baik dari seluruh kalangan yang hidup langsung dengan keputusan politik yang terjadi disekitar kita.

Pendidikan politik ini yang mendeskripsikan terkait pemimpin politik yang tepat untuk bangsa ini, bagaimana kekuasaan mampu menciptakan keadilan dan kemakmuran, bagaimana setiap elemen dalam bangsa berperan dalam menciptakan persatuan dan alasan-alasan lain yang menjelaskan kenapa setiap manusia Indonesia perlu untuk berpolitik harus benar-benar mampu dibumikan dengan setiap kalangan.

Binatang politik sudah berevolusi ke era modern. Era dimana setiap opini dapat terdiversifikasi menjadi produk baik atau buruk dengan bergantung pada perspektif yang melihatnya. Tidak ada tolak ukur dalam berdialektika untuk gagasan karena semuanya terdistorsi akan kepentingan elite dan semua turunannya. Inilah yang membuat saya lama kelamaan binatang politik yang telah dipelihara dan dibesarkan akan mati saat waktunya tiba.

Politik bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan material setiap masyarakat, tetapi dia hadir untuk mampu memberikan penjelasan atas bagaimana sebaiknya kita mengambil tindakan atas kepentingan yang kita sepakati bersama. Kepentingan itulah yang nantinya akan menciptakan keunggulan moral dan intelektual.

Keunggulan moral untuk paham bahwa terdapat kepentingan bangsa yang harus diutamakan yang meliputi rakyat disana. Moral bukan berarti manusia harus hidup beretika atau kurang beretika. Harus lebih dari itu pemaknaan yang dibangun. Keunggulan moral harus tercipta pada setiap pemikiran manusia Indonesia melalui pendidikan politik yang sadar bahwa mereka perlu itu dan paham bagaimana merealisasikan wujud pembelajaran pendidikan tersebut.

Hal tersebut baru kita dapat mencapai keunggulan moral masyarakat — politik — Bangsa Indonesia.

Gagasan harus tumbuh subur dalam setiap diskusi dan perbedatan yang bertujuan mencari solusi taktis untuk masalah yang kompleks. Pemikiran tidak boleh dipenjara oleh kepentingan pragmatis yang tujuannya — paling mudah dilihat — untuk memperkaya diri.

Harus merdeka! harus merdeka seutuh-utuhnya dan sadar-sadarnya.

Perasaan saya saat menulis di kata ini benar-benar sangat menggebu-gebu karena saya sadar bahwa diumur yang saya capai sekarang sudah sebaiknya berusaha untuk mencapai keunggulan moral dan membantu mencerdaskan semuanya. Belum lagi, harapan keunggulan intelektual pula harus kuat guna membarengi kehidupan bermasyarakat yang gotong royong.

Keunggulan intelektual manusia Indonesia harus mulai tumbuh dewasa menjadi kekuatan yang padu untuk memiliki nyali dalam menciptakan pergerakan. Pendidikan politik memberi asupan gizi akan intelektual manusia Indonesia, dan hal itu tidaklah boleh luntur karena hal-hal lain.

Tafsiran saya mengenai keunggulan intelektual adalah bahwasannya manusia Indonesia harus paham betul bahwa semua hal dalam bernegara itu diatur dalam kebijakan-kebijakan yang lahir karena keputusan politik. Tidak akan bisa sebuah komunitas sekelas negara tidak tercipta dengan baik tanpa adanya keputusan politik yang revolusioner.

Keputusan politik yang tepat untuk menghasilkan kebijakan hanya dan hanya jika lahir saat keunggulan intelektual tercapai. Saat kita paham betul akan konteks masalah yang dihadapi saat ini dan di masa depan nanti. Kita memang tidak bisa memprediksi apa yang terjadi di masa depan, tetapi kita mampu untuk memitigasi apapun risiko yang mungkin terjadi.

Sejatinya naluri manusia berusaha untuk menciptakan kebahagiaan dan langkah yang tepat adalah memitigasi risiko yang dapat membuat kebahagiaan tersebut lenyap.

Saya percaya betul bahwa tahun politik yang dihadapi Indonesia saat ini menjadi sebuah momentum untuk kita dapat melihat apakah cita-cita “Indonesia Emas 2045” dapat terealisasi dengan baik. Kita harus tahu bagaiamana binatang politik ini berevolusi menjadi sosok pemimpin politik yang mampu memberikan visi taktis untuk bangsa kita.

Akhir kata, binatang politik yang disampaikan oleh Aristoteles sejatinya — menurut saya — selalu akan berevolusi. Ia tidak akan pernah diam dan akan selalu menjadi liar untuk menuntut akan kemerdekaan dan kemakmuran yang hakiki.

Lantas kita sebagai binatang politik pun harus paham bagaimana konsekuensi yang lahir saat kita ikut berperan dalam politik.

Semoga bangsa ini selalu sejahtera hingga kelak nanti anak cucu kita lahir.

Mochamad Fathur Hidayattullah

Bandung, 31 Januari 2023

17.48 WIB

--

--