Malam Renjana Juli

Fathur Hidayattullah
6 min readAug 4, 2023

--

Photo by Sasha Freemind on Unsplash

Ucapan terima kasih paling agung saya berikan kepada Bulan Juli tahun ini. Ia berhasil memberikan pengalaman hidup yang sangat berharga bagi diri ini. Membuat saya belajar mengenai makna akan setiap perjalanan yang terjadi. Tidak bisa dipungkiri takdir memang tidak selalu kokoh berdiri tegak menghalang segala tantangan dan rintangan yang terjadi. Alhasil hanya kesadaran akan esensi proses yang lahir dalam setiap realita.

Juli sudah dewasa. Sudah cukup baik memberikan nasehat kehidupan kepada saya dalam merencanakan langkah kedepan. Pemaknaan akan waktu dan memori yang terjadi benar-benar menimbulkan hikmah yang mendalam. Sering kali saya mendapatkan bentuk pujian dan sanjungan akan potensi yang coba ditunjukkan kepada kalian semua. Namun, lengah berhasil melarikan diri untuk menjatuhkan eksistensi diri yang dibangun.

Juli sudah bijak. Sudah cukup berilmu untuk memarahi dan memaafkan kelakuan yang tidak ada gunanya sama sekali. Arus syahwat diikuti tanpa ada batasan sehingga semakin terjatuh akan kebodohan dan kepalsuan. Sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang benar dan mana yang salah karena tidak ada tolak ukur akan sebuah iman dan takwa dalam dunia. Menariknya, hidup masih tertawa seolah-olah tidak apa-apa. Kiamat sudah.

Juli sudah sadar. Sudah cukup untuk memastikan bahwa saya bukan siapa-siapa. Bukan orang paling pintar, paling kuat atau paling berpengaruh. Melekatnya kesombongan itu dalam diri menjadikan saya lupa bahwa bukan saya yang memiliki perencana paling baik akan dunia ini. Tidak pernah melibatkan pihak ketiga dalam setiap pengambilan keputusan. Bukan keberadaannya tidak ada, tetapi saya yang tidak mampu melihatnya dengan akal sehat dan kekuatan hati yang mendalam.

Juli sudah berhasil. Sudah cukup sukses untuk membuat diri ini ketakutan akan kemampuan diri orang lain. Padahal yang memiliki hak untuk mengukur keberhasilan diri adalah kita sendiri. Bodoh, tetapi realita hidup memang seperti ini dan kewajaran sudah dipatenkan. Tidak cukup kuat untuk tidak melihat sekitar dan fokus akan tujuan sendiri. Tidak cukup berani untuk menghilangkan intervensi waktu dalam setiap hasil yang dicapai. Selalu saja berusaha mem-parameteri-sasi esensi diri.

Photo by Warren on Unsplash

Malam Renjana Juli kuberi namanya. Sebuah metafora akan kerinduan kuat akan kehadiran Bulan Juli tahun ini. Sederhana untuk membuat saya selalu mengingat dan menyadari bahwa kebutuhan belajar dan rendah hati adalah naluri manusia yang harus dibiasakan dan dilatih supaya mengikat.

Beberapa amanat yang akan saya coba rumuskan berdasarkan pengalaman hidup selama berdampingan dengan Bulan Juli adalah sebagai berikut:

  1. Berusahalah untuk tidak menyerah akan apapun yang terjadi.
Lagipula Hidup Akan Berakhir, Hindia (2023)

Sebelum melanjutkan membaca tulisan ini. Saya ingin kalian coba untuk mendengarkan lagu yang saya letakkan diatas. Memakan waktu 3 menit 13 detik untuk bisa didengarkan dengan seksama. Disini saya tidak ingin kita menjadi pahlawan indie dan penge-kotak-kotak-an musikalitas. Tidak juga menjadi makhluk skena dengan segala alasan yang lahir. Persetan dengan itu semua dan coba baca lirik yang dibuat oleh Baskara.

[Verse 3]

Pernah kau bayangkan tak takut melihat berita?

Tak takut jadi dirimu yang seada-adanya?

Tak takut punya mimpi yang lumayan agak gila?

Berat tapi besok ada di tangan kita

[Chorus]

Bayangkan jika kita tidak menyerah

Tantangan apa pun dari Ayah atau dunia

Kita hadapi, kita lewati, kita ikuti, kita nikmati

Pemanasan global dan perbedaan agama

Kita hadapi, kita lewati

Bayangkan jika kita tidak mеnyerah

Bayangkan jika kita tidak menyerah

Jarang sekali saya mengutip lirik lagu untuk menjadi penyemangat dan kekuatan dalam cita-cita yang ditujukan. Tetapi, setelah mendengarkan lagu ini dan membaca liriknya saya berusaha memaknai dengan realita yang terjadi pada diri saya sekarang. Memang betul bahwa bayangkan jika tidak menyerah akan sesuatu yang kita jalani. Mempercayai segala proses yang sedang kita lakukan. Kita hanya hidup melalui keyakinan akan hasil dari kerja keras ini akan membuahkan hasil kedepan — yang padahal kita juga tidak tahu apakah benar atau tidak kenyataannya.

Kenyataan yang sesuai dengan ekspektasi hanya bisa lahir dari suatu keadaan yang berani untuk bermimpi — walaupun agak gila — dan tidak pernah menyerah akan suatu proses yang dilakukan. Satu-satunya penentu keberhasilan adalah tangan kita sendiri. Seberapa tahan dan seberapa kuat untuk memikul semua yang terjadi disekitar kita dengan keyakinan hasil yang lebih baik.

Benar perkataan Baskara bahwa tantangan apapun pasti mampu dihadapi, dilewati dan dinikmati dengan ikhlas. Saat kita meyakini dan berusaha sekali akan takdir hidup maka kita tidak lagi memperdulikan segala sesuatu yang menjadi tantangan kedepan. Walaupun dipikirkan dengan matang bagaimana mengeksekusinya tetapi bukan menjadi sebuah beban dan penghalang.

Pertanyaannya adalah apakah semudah itu untuk merealisasikan sebuah kekuatan batin layaknya cerita lagu diatas? Memang tidak mudah.

Namun, harus menunggu berapa lama lagi untuk sadar? harus bertahan berapa lama lagi akan keterpurukan?

Jikalau memang termanifestasi secara jelas akan kekurangan yang kita miliki bahwa selami dan hadapi hal itu dengan bijak. Konsisten akan perubahan dan disiplin akan tindakan harus ditegakkan. Keyakinan harus mendorong dari dasar supaya seluruh hal yang terjadi berbuah hasil kedepan. Maka dari itu, semua hal ini hanya bergantung dari diri kita sendiri. Seberapa besar berani untuk mengakui dan berusaha menjadi lebih baik untuk cita-cita yang mulia — kesuksesan sendiri.

2. Standarisasi hidup adalah hak prerogatif setiap individu.

Kita diberikan akal sehat secara merdeka oleh Tuhan untuk membuat kita berpikir akan setiap rencana dan langkah yang akan kita lakukan kedepan. Akal sehat ini tidak banyak digunakan untuk meredam kehausan ego akan standar yang dibentuk oleh individu lain. Padahal sejatinya urusan apa saja yang mampu mencampuri setiap hidup individu lain dengan masif? Tidak ada secara personal dan tidak akan pernah ada untuk menjajah.

Janganlah membuat tolak ukur yang itu dibuat oleh individu lain tanpa kalian tahu apa yang menjadi dasar penetapan tolak ukur tersebut. Diri ini yang lebih mengetahui adalah kita sendiri. Tahu batasan dan kemampuan melalui refleksi diri secara utuh. Jadi, jangan berusaha untuk mencapai keadaan yang sama pada materi dan waktu tertentu seperti individu lain.

Jalannya hidup tidak ada yang tahu dan tidak ada yang mengerti. Begitu abstrak bagi Dia untuk membagi-bagikan rezeki kepada kita. Ikhtiar adalah kewajiban dan Ikhtiar yang baik adalah Ikhtiar yang terencana dengan matang karena tujuan yang jelas. Potong menjadi bagian-bagian kecil untuk menyelesaikan setiap usaha dalam membuahkan hasil. Berusahala dengan seminimalnya melalui hal seperti ini karena kita tidak tahu apabila belum kita coba dengan perasaan sungguh-sungguh dan ikhlas.

3. Doa keluarga adalah penyejuk keadaan yang gelap gulita.

Sekuat-kuatnya mental diri yang kita punya dan perkasanya fisik, pasti akan pernah jatuh dan sakit juga. Saya sadar bahwa hanya memang keluarga dan hanya pasti keluarga yang mampu memberikan ketenangan dan kekuatan untuk bangkit bekerja kembali secara produktif. Bukan karena obrolan yang klise atau hal-hal lucu yang dibawakan disana, tetapi ia — keluarga — berhasil menumbuhkan motivasi intrinsik yang kuat.

Siapa yang ingin melihat keluarganya jatuh menderita?

Siapa yang ingin melihat keluarganya lemah tak berdaya?

Motivasi untuk bisa memberikan kebahagiaan dan semangat kerja keras pasti langsung lahir secara naluri dengan menggebu-gebu. Mengingat Islam adalah pedoman hidup yang saya imani dan anut, maka saya percaya bahwa Doa Keluarga mampu memberikan jalan yang lurus untuk takdir yang lebih baik. Saya percaya dengan sepenuh hati akan hal itu.

Hanya melalui kepercayaan seorang manusia dapat hidup kekal dengan segala aksi yang dilakukannya dunia. Hal ini karena kepercayaan mampu menginspirasi otak dan seluruh raga tubuh untuk merealisasikan akan kepercayaan yang di-amini.

Saat ini banyak hal yang coba untuk membangunkan hasrat diri akan kesuksesan yang coba ia ukir, tetapi tidak mampu bertahan karena ketakutan akan keadaan yang terjadi di masa depan. Berhenti untuk menyalahkan dan lakukan yang terbaik disaat memang itu benar.

Malam Renjana Juli adalah sebuah kontemplasi akan sebuah keyakinan dan pembelajaran dalam setiap lika-liku yang dijalani. Malam adalah bentuk sebuah kesejukan dan ketenangan yang diharapkan dengan hasrat kerinduan yang mendalam akan seluruh hal yang terjadi di Bulan Juli.

Maka kuberi nama, Malam Renjana Juli.

Biar saya selalu teringat akan pembelajaran dan kesadaran bahwa diri ini masih jauh dari kata layak untuk bisa sombong dan angkuh dari apapun yang ada dunia ini. Semoga lekas takdir baik selalu menjemput usaha dan keyakinan dalam diri ini.

Saya percaya itu.

Mochamad Fathur Hidayattullah

Palembang, 04 Agustus 2023

11.40 WIB

--

--

No responses yet