Hidup adalah Rekayasa Sosial

Fathur Hidayattullah
3 min readFeb 17, 2024

--

Photo by Joel Tasche on Unsplash

Hidup adalah rekayasa sosial antara manusia — sebagai masyarakat — dan ekosistem sekitarnya — lingkungan tempat masyarakat hidup.

Manusia berusaha senantiasa membentuk peradaban yang adil dan makmur demi kepentingan pribadi tetapi dibalut konsensus bersama. Senantiasa mencari penentu jawaban akan konflik-konflik yang terjadi disektarnya. Ketika peradaban dan jawaban akan konflik ditemukan maka nalar akan dimatikan untuk melangkah kedepan supaya keberanian mampu dihadirkan.

Semakin lama waktu bergerak untuk mengejar yang tak pasti, maka ketidakpastian akan semakin besar. Semakin takut untuk bergerak, maka semakin cepat kita tertinggal oleh kemajuan.

Saya sering merasakan sesuatu yang sebetulnya itu tidak dikehendaki oleh hati, tetapi situasi dan kondisi saat itu memaksa untuk selesaikan itu semua dengan sebaik-baiknya. Tanggung jawab akan kewajiban akan selalu berbenturan dengan perasaan pribadi karena manusia terbiasa untuk selalu memikirkan kebahagiaan jangka pendek.

Tanggung jawab akan kewajiban yang dipegang terkadang pula tidak seenak saat membakar satu batang rokok di sore hari. Hadir disana kepercayaan dan kredibilitas yang sedang dipertaruhkan. Terkadang kita sering sedikit melupakan hal tersebut untuk memuaskan diri.

Lagi-lagi hal itu semua bersifat jangka pendek.

Kehidupan seharusnya memerlukan rekayasa sosial.

Kita perlu untuk merekayasa segalas sesuatu yang terjadi di dalam diri kita, apa yang sedang kita lakukan dan bagaimana kita berinteraksi dengan sekitar, untuk selalu memikirkan dampak yang akan ditimbulkan dalam jangka panjang.

Saat kita terbiasa untuk memikirkan apa yang menjadi kepuasan dalam hal yang sifatnya cepat dan sementara, maka kekesalan dan penyesalan akan selalu menjadi warna yang selalu muncul saat kita tidak berpikir jangka panjang.

Rekayasa sosial adalah bagaimana cara manusia untuk mampu berpikir jangka panjang sehingga tidak termanipulasi oleh hal-hal jangka pendek yang menimbulkan kepuasaan sesaat. Manusia harus mampu untuk menganalogikan setiap keputusan yang diadu di pikirannya ke dalam metode berpikir yang berlandaskan hal tersebut — rekayasa sosial.

Saya merasa bahwa banyak hal di dunia ini yang mengganggu konsistensi dan tujuan hidup seseorang karena termanipulasi hal-hal yang berada di depan mereka. Hal itu juga sering saya alami secara pribadi, dimana saya berusaha untuk mencari validasi akan setiap langkah yang saya lakukan untuk mencapai kepuasan sesaat tersebut.

Padahal sejatinya hal tersebut hanya mencederai tujuan dan mengkhianati waktu yang telah dikawinkan untuk menjadi sebuah konsistensi dan prinsip.

Realisasi mewujudkan rekaya sosial hanya dapat terjadi apabila kita mampu untuk melawan ego dan memaksa ego untuk tunduk akan tujuan kita. Manusia selalu terbiasa dikendalikan oleh ego dan ego selalu berevolusi secara eksponensial untuk mempengaruhi seluruh alam pikiran manusia. Hal ini merupakan bencana besar bagi manusia merdeka.

Tulisan ini hanya ingin mencurahkan kegelisahan saya mengenai seberapa pentingnya manusia untuk memegang kendali atas tujuan dan tindakannya.

Ia tidak boleh dikendalikan oleh ego dan nafsu yang muncul untuk membutakan kita.

Manusia harus tetap merdeka dengan melakukan rekayasa sosial kepada dirinya sendiri supaya dapat hidup untuk mendapatkan kebermanfaatan.

Kebermanfaatan jangka panjang bagi dirinya sendiri, bagi komunitas dan lingkungan sekitarnya.

Mochamad Fathur Hidayattullah

Jakarta, 17 Februari 2024

09.32 WIB

--

--