Dialog Ketergantungan
“Jalannya hidup adalah dialog ketergantungan antara satu aspek dengan aspek lain, tetapi bukan berarti hal itu yang membuat kita tetap hidup”
Pekan ini hidup selalu dilengkapi dengan warna-warni kejadian yang membuat kesehatan mental terkadang dalam posisi puncak dan juga di urutan paling bawah. Keadaan yang membuat pikiran ini mencoba untuk bertanya kepada diri sendiri atas kenapa dan bagaimana realita yang sedang terjadi sekarang. Kedekatan dengan Tuhan sudah memudar, diskusi intelektual sudah turun kualitasnya dan perkara menikmati dunia pun sudah malas diikuti, dilewati dan dinikmati.
Mengapa manusia itu harus menjadi makhluk yang bergantung dengan siapapun?
Kenapa kita diciptakan seperti itu oleh-Nya?
Padahal hemat saya, hidup seperti itu tidaklah enak serta menyusahkan siapapun dan apapun disekitar kita. Ketergantungan ini membuat saya merasa tidak fleksibel dalam bergerak dan tidak bisa menciptakan suatu yang besar karena membutuhkan hal ini dan hal itu.
Baru-baru terdapat hal yang saya miliki dan hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan lagi. Ketidaksesuain tersebut membuat emosional dalam diri merasa tidak karuan. Keterikatan akan hal itu menjadikan sebuah adiksi yang — menurut saya — tidaklah baik dan menganggu sekali. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Ketergantungan terhadap apapun benar-benar membuat pelajaran berarti bahwasannya saat hidup ini kita gantungkan dengan segala sesuatu yang berusaha kita ikat dalam bentuk apapun (batin, perasaan, kedekatan, sosial), akan membuat perasaan yang tidak stabil saat hal itu hilang.
Tetapi saya sadar bahwa sifat ketergantungan ini tidak akan bisa hilang karena secara kodrati ini dibentuk dan dijalankan atas konsekuensi hal itu sebagai seorang manusia. Ketergantungan berhasil melepaskan akal dan nalar rasional dalam mengambil keputusan sehingga dia memuncaki posisi teratas dalam perdebatan perasaan manusia.
Berbicara mengenai hal ini sebenarnya menjadi salah satu media pemuasan hasrat akan kebengisan dan keegoisan sifat ketergantungan ini terhadap pemikiran dan perilaku manusia. Saya merasa bahwa keadaan seperti ini tidaklah boleh dilanggengkan atas dasar apapun. Tanpa maksud untuk merusak keidealan dalam konteks spiritual — ketergantungan akan Tuhan, saya merasa ketergantungan jika dilestarikan nantinya akan merusak sifat-sifat kemanusiaan itu sendiri.
Jejak-jejak peradaban akan ketergantungan harus dimusnahkan perlahan karena hal ini tidak hanya merusak sifat kemanusiaan, tetapi juga mampu melunturkan kemampuan pengambilan keputusan berdasarkan rasionalitas dan ke-ilmiah-an. Hal ini karena ketergantungan akan menciptakan sifat pemujaan yang buruknya akan membunuh logika-logika ilmu pengetahuan alam dan sosial dalam penentuan pilihan.
Individu manapun sebenarnya ingin hidup tanpa menggantungkan kepada apapun dan siapapun. Namun, hal ini kadangkala akan menciptakan kegagalan siklus hidup baik seperti pertumbuhan ekonomi, berkembang biak-an makhluk hidup dan perputaran diskusi (penghasil ide). Tidak menolak premis bahwa kita butuh ketergantungan. Tetapi hal itu haruslah ada batasan yang disepakati sebagai makhluk sosial seutuhnya.
Jikalau seperti ini bukan saatnya harus menyalahkan, bukan saatnya pula harus menghakimi. Ungkapan tulisan ini hanya ingin mengutarakan bahwa ketergantungan akan sesuatu tidaklah membuat dirimu akan jauh lebih pasti terjamin ataupun akan lebih mudah dalam menikmati hidup.
Satu sisi lain berkata bahwa kita membutuhkan hal tersebut untuk membuat kita tetap hidup dalam bermasyarakat dan menumbuhkan cita-cita.
Lantas hal apa yang harus dilakukan dalam kebingungan ini?
Entahlah sampai detik ini pun saya masih belum menemukan jalan keluar akan ketergantungan yang dimiliki oleh saya sendiri, apalagi untuk orang lain. Namun yang jelas hal ini perlu dikurangi, dibereskan dan jangan hidup menjamur ke orang lain.
Pada akhirnya kekuatan yang saya miliki untuk menghilangkan ketergantungan adalah dengan memikirkan bahwa hal ini bukanlah sebuah ketergantungan itu sendiri. Berusaha mencoba untuk memanipulasi pikiran dengan mencari ketergantungan lain — terkadang.
Perputaran kebutuhan dan saling menyakiti satu sama lain ini hemat saya tidak akan selesai. At least, hal ini berlaku di saya secara pribadi.
Semoga kalian diselamatkan oleh hal ini dan mampu menjadi pribadi yang kuat dengan tidak mengagung-agungkan ketergantungan terhadap hidup kalian.
Mochamad Fathur Hidayattullah
20.35 WIB
Bandung, 23 Juli 2023