Cerita Kopi dan Nasihat Mimpi
Hari Rabu kedua pada Bulan Juni — 10 Juni 2020 — tepat hari itu saya berulang tahun. Tidak ada yang spesial di hari itu. Biasa saja. Keluarga saya pribadi tidak ada acara khusus untuk menyambut hari ulang tahun saya. Namun, entah mengapa saya tidak memperdulikan itu. Mungkin memang karena saya sendiri tidak begitu menyukai hari ulang tahun (termasuk ulang tahun saya sendiri).
Lazimnya ikatan para jejaka, teman-teman saya mendatangi rumah dengan tujuan untuk membuka ruang nostalgia sembari berucap “Selamat Ulang Tahun, Thur!”. Mereka tahu saya tidak diperkenankan oleh orangtua untuk keluar rumah mengingat orangtua saya sangat mengikat akan aturan pemerintah mengenai PSBB kala itu. Alhasil, perbincangan kami pun terjadi di rumah saya.
Kamar dengan luas 3x5m menjadi habitat kami sementara untuk melepas rindu, bersenda gurau dan berbincang hal-hal unik. Topik pembicaraan pun beragam. Mulai dari perihal perkuliahan seperti IP hancur menyentuh angka 1, romansa percintaan karena ada yang baru menemukan kekasih, dan bisnis kopi sederhana yang baru dibuka.
Obrolan kali ini sungguh terasa berbeda. Entah mengapa obrolan kali ini sarat akan nasihat dan anjuran. Senjang tetapi berbunga. Mungkin hal itu ungkapan yang tepat.
Lampu kamar berwarna kuning seolah mengisyaratkan untuk berhati-hati agar perbincangan ini tetap hangat dan ‘kembali’ seperti zaman sma. Namun, atmosfernya tak mendukung sekaligus suasana tertutupi asap rokok para lelaki. Kata demi kata keluar begitu saja dari mulut hingga masuk ke pembahasan yang menjadi pengingat hidup. Mulai dari sini bagian yang saya suka.
(Percakapan menggunakan bahasa Palembang).
“ Oy lur, cak mano jadi kagek kopi kau? langsung nak buka kedai apo? lajukelah jangan lamo igo meker. Gas bae”
“Kagek dulu, sabar dikit, pelan-pelan bae kito maen. Dak usah nak beguyur makso kagek tengah jalan buntu. Dikit tapi keno, konsisten dan yang penting punyo target, dak usah nak jangka panjang, yang penting tiap hari keno”
Jika diartikan ke bahasa Indonesia, saya hanya menanyakan bagaimana kelak penjualan kopi teman saya akan bergerak. Saran saya pun untuk langsung memikirkan strategi besar seperti membuka kedai kopi sederhana. Namun, jawaban teman saya cukup menarik dan membuat saya tertegun.
Menurut dia, berbisnis harus santai yang penting tetap on track dan selalu untung. Tidak apa-apa penjualan sehari 3 botol asalkan konsisten setiap hari.
Tulisan yang saya tebalkan di percakapan tadi menjadi buah pikir otak saya. Inti percakapan yang saya dapat adalah konsisten dan selalu punya target.
Konsisten; Ilmu sabar untuk menjadi pemenang utama.
Saya pribadi sangat mempercayai dengan ilmu yang bernama ‘konsisten’. Hal itu sangatlah berdampak bagi pribadi maupun luar suatu individu.
Konsisten adalah kegigihan dan kerja keras.
Konsisten adalah usaha.
Konsisten adalah kepercayaan.
Orang yang terlahir buta dapat melihat kembali apabila ia konsisten mempelajari setiap apa yang dikerjakannya, menghafal ketukan setiap langkah kakinya atau pun berani salah supaya dapat diperbaiki menjadi benar. Secara naluri, orang itu akan dapat ‘melihat’ melalui kebiasaan yang ia lakukan. Konsisten kuncinya.
Seseorang yang hidup dengan jiwa konsisten akan terlatih untuk salah. Bukan berarti tidak belajar, justru hal itu dimanfaatkan untuk berkembang. Kepercayaan akan menjadi juara yang memupuk motivasi untuk selalu berjuang. Saya yakin cara hidup seperti ini selalu bisa diterapkan bagi kita yang ingin selalu belajar dan berdampak bagi lingkungan sekitar.
Target minim; Ilmu proses untuk menjadi insan progresif
Target minim adalah langkah tepat. Saya pribadi lebih menyukai target kecil yang dapat saya kerjakan dan berhasil setiap hari dibandingkan target besar yang memiliki langkah beban lebih sulit.
Saya tidak menyalahkan orang yang memiliki target jangka panjang. Sangat baik orang yang dapat mempertahankan targetnya selama proses mencapai tujuan itu. Namun, faktanya sering kali orang berubah target hidup seiring berjalannya proses.
Lagi-lagi saya tidak menyalahkan orang merubah tujuan hidupnya ditengah jalan. Menurut saya, hal itu adalah perilaku manusia yang wajar. Manusia memiliki akal dan hawa nafsu. Perubahan itu dipengaruh 2 hal tadi. Kehidupan manusia selalu berkembang dan cenderung mencari kepuasan dengan mempertimbangkan 2 hal tadi yaitu akal dan hawa nafsu.
Jadi, sudah sewajarnya tujuan hidup dapat berubah untuk selalu mengikuti kepuasan pribadi dengan mempertimbangkan akal dan hawa nafsu. Asalkan tetap selalu memegang adab dan akal sebagai pilar utama sebagai manusia.
Target minim adalah proses kecil yang selalu berdampak setiap hari. Bayangkan jika kalian selalu punya target setiap hari dan selalu berhasil menyelesaikannya. Hidup kalian akan terarah dan progresif untuk tujuan hidup kalian sendiri.
Batu-batu itu — target minim — lama kelamaan akan tersusun sendirinya membentuk rumah megah — tujuan hidup — yang akan kalian tempati.
Akhirnya,
Nostalgia bersama teman lama menimbulkan suatu pelajaran hidup yang baru. Menjadi memori pengingat untuk selalu konsisten dan memiliki target minim sehingga dapat berkembang menjadi pribadi lebih baik. Saya sendiri sampai sekarang masih belajar. Masih belajar menerapkan pelajaran hidup itu.
Terkadang raga tak menyangka bahwa hanya dengan cerita kopi dan nasihat mimpi dapat menjadi pembelajaran hidup yang menarik.
Konsisten, ilmu sabar untuk menjadi pemenang utama.
Target minim, ilmu proses untuk menjadi insan progresif.
Sekian.