Bulan Juni Ke-20

Fathur Hidayattullah
4 min readJun 10, 2021

--

Photo by Justin Leibow on Unsplash

Bulan Juni.

Sebegitu dekat saya dengan bulan ke-6 pada kalender masehi ini. Alasan utama memang di bulan ini saya dilahirkan oleh kedua orangtua. Tetapi, entah mengapa saat memasuki bulan ini ada suatu momen sedih dan bahagia dipaksa untuk beradu siapa yang paling berkuasa untuk memenangkan hati pemiliknya — saya. Nuansa Juni kali ini cukup berbeda. Pandemi masih merajalela dan cita-cita masih terlampau jauh untuk dicapai. Perlakuan hidup terhadap manusia memang berbeda-beda dan itu menurut saya tidak perlu dipikirkan begitu dalam.

Kali ini Bulan Juni memasuki waktu ke-20 dalam hidup saya. Memori yang tersimpan lambat laun akan menua akibat kejamnya waktu yang membunuh. Saya harap diberi pengecualian kepada Bulan Juni pada tahun ini. Bulan Juni yang usianya sudah memasuki 20 tahun. Harapan yang meliputi segala doa dari orang-orang terkasih, tujuan & cita-cita yang ditulis, dan visi untuk bertanggung jawab harus dikukuhkan pada bulan ini, hari ini.

Terima kasih saya ucapkan kepada kalian yang peduli terhadap saya, terhadap hidup saya, terhadap apa yang saya lakukan. Kehidupan mungkin akan selalu berjalan terus menerus tanpa mengenal kata ‘jeda’ dan ‘berhenti’. Melodi dalam waktu akan selalu mengikis semangat dan tenaga yang dikerahkan untuk berjuang dalam membangun karier. Saya ingin dalam setiap perjuangan dalam melawan itu semua tetap ada suatu lingkungan positif dan supportif yang setidaknya saya ingat dikala memang saya harus duduk sendiri.

Kesadaran dalam diri begitu besar dan jelas. Tidak bisa melangkah dan mengerjakan sendiri. Masih banyak perlu belajar dan mendengarkan dari semua yang membaca ini. Masih banyak perlu mengikhlaskan apa yang telah terjadi dan berharap akan rencana Tuhan yang lebih baik kedepannya nanti. Masih banyak perlu mendekatkan diri atas apa yang disebut Maha atas segala-galanya.

Tulisan ini akan menjadi saksi bisu atas apa yang saya titahkan untuk berkarya dan bermanfaat bagi setiap orang, terutama yang mengenal saya secara pribadi. Akan kupastikan atas nama aku dan Tuhanku, bahwa saya akan menjadi orang yang bermanfaat dan berkah bagi kalian semua.

Menjadi orang yang peduli akan kemanusiaan dan kesenjangan.

Menjadi orang yang selalu ingat akan setiap jasa dan budi yang pernah membantu. Menjadi orang yang fokus akan visi dan tujuan yang ingin diambil.

Menjadi orang yang memiliki mental yang kuat dan cerdas dalam usaha.

Akan kupastikan kalian akan bangga atas apa yang saya janjikan ini.

Photo by Max Titov on Unsplash

20 Tahun adalah angka yang sudah cukup matang dan dewasa untuk memikirkan masa depan. Memikirkan 1000 langkah kedepan untuk hidupnya nanti dan meyakini diri atas apa yang dikerjakan. Saya ingin tulisan ini juga setidaknya menjadi pengingat bahwa jikalaupun kau gagal, kuatkan dirimu untuk bangkit dan kembali. Jangan pernah kau malu dan lari atas apa yang kau kerjakan dan hidup yang kau jalani asalkan memang dilandaskan atas nama kebaikan.

Buang perasaan sombong dan angkuh dalam kamus hidupmu. Jangan pernah hadirkan kata-kata itu dalam setiap perjalanan langkahmu. Tidak butuh hal tersebut untuk menunjukkan dirimu mampu dan tangguh. Cukup kerjakan apa yang kuasai dan dedikasikan yang terbaik akan hal itu. Tuhan akan selalu menyertai langkahmu.

Perjalanan akan semakin sulit dan terjal. Medan perang tidak tahu akan seperti apa lawannya dan bentuknya. Setidaknya miliki bekal pondasi yang kokoh sehingga siapapun dan apapun yang menghadang, kau bisa menyelesaikannya dengan sempurna.

Ketika semua berjalan dengan baik dan sesuai atas apa yang kau inginkan. Tidaklah kau lupakan keluargamu, sahabatmu, gurumu, dan orang-orang yang pernah membantumu. Hidup tidak selamanya kau bisa pegang dengan kedua tanganmu. Jangan ragu meminta pertolongan dan jangan lupa untuk menolong yang membutuhkan.

Perjuangkan kerhomatan dan martabat dirimu dan keluargamu dengan bersama-sama berjuang, bekerja keras, bercita-cita untuk bisa memberi manfaat bagi khalayak. Tidak mudah dengki dengan orang lain dan tidak membiasakan diri untuk bergantung pada orang lain.

Angkat derajat setinggi-tingginya dan buatlah bangga mereka. Dunia yang kita tempati memang kejam. Terkadang kehormatan dan martabat hanya diukur melalui materi. Seberapa kaya dirimu, apa yang kau punya, dan apa yang kau beli adalah kalimat yang dijadikan sebagai indikator kehormatan. Harkat dan martabat kau hadirkan melalui bagaimana cara kau mengarungi hidup, berperilaku, dan yang kau berikan kepada orang lain.

Fokus akan realita tujuan dan hilangkan gengsi. Terus menjadi sosok orang yang selalu belajar terhadap hal baru kepada siapapun dan kapanpun. Tidak perlu melihat kesuksesan orang yang mungkin sebaya denganmu. Tuhan tidak menciptakan kita untuk berkompetisi terhadap perduniawian hidup. Ingatlah satu hal, Tuhan itu maha adil. Tidak akan adil apabila Ia memberikan kesuksesan hanya kepada beberapa orang saja.

Pasti akan ada suatu saat dan kondisi dimana kita diberi kekuatan untuk mencapai kesuksesan yang menurut-Nya adalah yang terbaik. Jadi, cukup fokus dan kerja keras.

Biarlah tulisan ini menjadi memoar pengingat bahwa disaat memasuki usia ini, saya pernah menjanjinkan dan membuat harapan yang besar dalam diri. Tanpa bermaksud untuk menunjukkan potensi kekuatan dan meminta belas kasih. Saya yakin bahwa apabila yang kalian kerjakan itu dengan usaha yang keras, cerdas dan tekun serta dengan doa yang tulus maka apapun bisa kau dapatkan dengan baik.

Semoga Tuhan panjangkan umurku dan tersenyum bersama dengan malaikat-malaikatnya saat melihat tulisan ini.

Sekian dan terima kasih.

Mochamad Fathur Hidayattullah

Palembang, 10 Juni 2021

Pukul 15.00 WIB

--

--

No responses yet